Kesempatan Jalan-Jalan Ke Malaysia Gratis, ini link-nya:

http://indonesia.youthsays.com/seachange/go/vvp

Bisnis Kita

Jumat, 09 Oktober 2009

Anti Biotik

Pemberian Antibiotik Pada Anak Picu Efek Samping!


Jakarta - Penggunaan antibiotik irasional pada anak dapat meningkatkan resistensi terhadap bakteri. Penggunaan antibiotik pada bayi dan anak-anak dapat menimbulkan efek samping berupa gangguan pada beberapa organ tubuh, karena sistem tubuh dan fungsi organ yang tergolong belum tumbuh.

Gangguan organ tubuh yang dapat terjadi adalah gangguan saluran cerna, gangguan ginjal, gangguan fungsi hati, gangguan sumsum tulang, gangguan darah, atau akibat lainnya berupa reaksi alergi karena obat.

Reaksi alergi karena obat biasanya menimbulkan gangguan ringan seperti ruam, gatal sampai dengan yang berat seperti pembengkakan bibir atau kelopak mata, sesak, hingga dapat mengancam jiwa atau reaksi anafilaksis.

Berdasarkan rekomendasi dan kampanye penyuluhan yang telah dilakukan Centers for Disease Control and Prevention (CDC) bekerjasama dengan American Academy of Pediatrics (AAP), penggunaan antibiotik di Amerika Serikat (AS) mengalami penurunan drastis. Prevalensi anak usia 0?4 tahun yang mendapatkan antibiotik menurun dari 47,9% pada tahun 1996 menjadi 38,1% tahun 2000.

Jumlah rata-rata antibiotik yang masuk dalam daftar resep obat menurun dari 47.9 jumlah resep per anak pada tahun 1996 menjadi 0.78 pemberian resep per anak tahun 2000. Biaya yang dikeluarkan pun menurun menjadi US$ 21,04 per anak pada 2000, setelah sebelumnya tahun 1996 mencapai US$ 31,45. Dr Latre Buntaran SpMK, dokter spesialis mikrobiologi klinik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia menjelaskan, indikasi yang tepat dan benar dalam penggunaan antibiotik pada anak adalah apabila infeksi disebabkan oleh bakteri.

Sementara itu, hampir sebagian besar kasus penyakit infeksi pada anak, seperti diare, batuk, pilek, atau panas disebabkan oleh virus. Penyakit yang disebabkan oleh virus itu sendiri tergolong self limiting disease, atau penyakit yang akan pulih sendiri hanya dalam waktu 5 sampai 7 hari.

?Oleh karena itu, sangat dimungkinkan hanya sekitar 10 hingga 15% anak yang terinfeksi virus yang mendapatkan pengobatan antibiotic,? paparnya di Jakarta, kemarin.

Biasanya, setiap anak akan mengalami 2 hingga 9 kali infeksi saluran napas yang diakibatkan oleh virus.

Sebuah penelitian terhadap gejala pada 139 anak penderita flu-pilek karena virus, ditemukan bahwa pemberian antibiotik tidak memperbaiki cairan mucopurulent dari hidung.

Pilek, panas dan batuk adalah gejala dari infeksi pernapasan atas yang disebabkan oleh virus. Perubahan warna dahak dan ingus menjadi kental kuning, berlendir dan kehijauan adalah merupakan perjalanan klinis infeksi saluran napas atas karena virus, bukan merupakan indikasi antibiotik.

?Pemberian antibiotika tidak akan memperpendek perjalanan penyakit dan mencegah infeksi tumpangan bakteri,? tuturnya.

Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), pemberian antibiotik dilakukan jika batuk dan pilek berkelanjutan selama lebih 10-14 hari dan terjadi sepanjang hari.

Untuk batuk malam dan pagi hari, biasanya hanya berkaitan dengan alergi sehingga tidak perlu antibiotik. Kasus lainnya yang mengindikasikan pemberian antibiotik, adalah jika terdapat gejala infeksi sinusitis akut yang berat seperti panas dengan temperatur suhu di atas 39 derajat Celcius dengan cairan hidung purulen, nyeri, pembengkakan sekitar mata dan wajah. (izn)

0 komentar: